Apa yang lebih panas daripada api?...HATI
Apa yang lebih bengis daripada
pemimpin yang zalim?...HATI
Apa yang lebih hitam daripada
malam?...HATI
Apa yang lebih lemah daripada
perdu?...HATI
Apa yang lebih cepat berubah
arah daripada angin?...HATI
APA YANG LEBIH KERAS daripada
BATU?...HATI
Jangan relakan hati ini
terkeruhkan limbah kedengkian, kenistaan, kemunafikan, kejahatan abadi dan
penyakit hati lainnya (Penyakit syahwat dan penyakit syubhat). Oleh karena itu
lawanlah segala kemauan diri yang bertentangan dengan ajaran agama islam
(mujahadah), bersihkanlah dan hidupkan kembali hati tersebut.
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi
Wassalam bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada
segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan
tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”[HR. Bukhari-Muslim].
Hati adalah tempat segala niat,
baik atau buruk. Tiada yang mengetahui isi hati seseorang kecuali si pemilik
sendiri dan Allah. Hati inilah yang kelak akan dihisab oleh Sang Pemilik hati
(Allah).
Hati yang baik akan merasakan
mana yang baik baginya, mana yang seharusnya dilakukan, mana yang seharusnya
dijauhi. Hati yang baik akan menjaga pemiliknya dari melakukan segala yang
‘salah’. Dan begitu pula sebaliknya, hati yang kotor, akan gelap, karena
terlalu banyak titik titik hitam yang mengisi, sehingga tersamarlah ia dari
melihat kebaikan, sehingga malah bisa menjerumuskan pemiliknya ke lembah
kesesatan.
Allah swt berfirman: ‘Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah oleh Allah penyakitnya, dan bagi mereka
siksa yg pedih disebabkan mereka berdusta.’ (Al-Baqarah : 10) ‘Kemudian setelah
itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi ………..dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yg kamu kerjakan.’ (Al-Baqarah : 74)
‘Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang kafir.’(Al-A’raf: 101)
‘Maka kecelakaan besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat
Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata.’ (Az-zumar ; 22).
PENGELOMPOKKAN HATI MANUSIA
1. Qalbun Shahih
yaitu hati yang sehat dan bersih
(hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah, dan dari
setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Hati yang murni pengabdiannya
kepada Allah, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah (cinta),
tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya.
Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah semata. Jika mencintai maka
cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka kebenciannya itupun karena
Allah.
2. Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit (hati yang mati)
adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal
Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan
dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini
menjadikan Allah marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak peduli lagi apakah
Allah ridha atau murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang telah
mengabdi kepada selain Allah. Jika mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu
pula dengan membenci ataupun memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada
rasa cinta kepada Allah.
Hati jenis ini adalah hati yang
jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun,
karena Allah telah menutup hati mereka. Allah berfirman: ” Dan diantara mereka
ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di
atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan
di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap
tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah
dongengan orang-orang dahulu‘.”[QS. Al-An'am:25].
Ayat ini menunjukkan, bahwa ada
manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, dan
tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah. Juga
tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan. Seperti firman Allah:
“(Mereka berkata:) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada
kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding,
maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.”[QS. Fushilat:5].
Allah akan membiarkan mereka
dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman.
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api
itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka
tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.”
[Al-Baqarah:17-18].
3. Qalbun Maridl
Qalbun Maridl (hati yang sakit)
adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan
benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan
mudah menjadi parah apabila tidak diobati.
Sesungguhnya apa yang disisipkan
oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat
(sesuatu yang meragukan). Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang
diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam
hati tersebut.
Namun demikian hati orang-orang
yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan
orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati
orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat
dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah: “Sehingga berkeinginanlah orang-orang
yang ada penyakit di dalam hatinya.“[QS. Al-Ahzab:32].
Boleh jadi hati manusia sedang
sakit , bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati,
namun si empunya tidak menyadari.
Tanda-tanda spesifik hati yang
sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh
goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah
rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran
dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah
tentang firman Allah yang berbunyi: “Fi Qulubihim Maradhun“[QS.Al-Baqarah:10]. artinya: “Dalam hati mereka terdapat penyakit.” “Ayat ini
menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang
kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan
dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan
dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan
kemudharatan.
Faktor-faktor penyebab sakitnya
hati
Penyebab timbulnya penyakit di
hati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati.
Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa: fitnah syahwat, dimana reaksinya amat
keras sampai dapat merancukan niat dan iradat (kehendak) seseorang. Dan yang
lain adalah fitnah syubhat (keragu-raguan) yang menyebabkan kacaunya persepsi
dan i’tiqad (keyakinan).
RACUN HATI
Setiap kemaksiatan adalah racun
dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Dan racun-racun hati
yang paling banyak ditemukan dan reaksinya cukup keras bagi kelangsungan hidup
hati ada empat macam yaitu:
1. Berlebihan dalam berbicara
Banyak berbicara adalah salah
satu faktor yang menyebabkan hati menjadi keras, sebagaimana sabda rasulullah
saw :”Janganlah memperbanyak kata (bicara) selain dzikrullah, karena banyak
bicara selain dzikrullah menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari
Allah adalah yang berhati keras.”[HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar].
Kemudian juga dengan banyak
berbicara terkadang membuat seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan
dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, sehingga melahirkan kerugian dan
penyesalan. Umar bin Kahttab ra pernah berkata: “Barang siapa yang banyak
bicaranya, maka banyak kesalahannya, sehingga nerakalah sebaik-baik tempat bagi
mereka.” Hal ini ditegas juga dalam sebuah hadits , bahwa rasulullah saw
bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa
dipikirkan yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka lebih jauh antara
timur dan barat.” [muttafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah t]
2. Berlebihan dalam memandang
sesuatu
Allah telah memerintahkan kepada
setiap mukmin dan mukminah untuk menundukkan pandangannya yang demikian itu
lebih suci bagi hati mereka. Dan juga mereka akan merasakan manisnya iman,
sebagaimana sabda rasulullah saw : “Barangsiapa yang menahan pandangannya
karena Allah, maka dia akan diberikan oleh Allah rasa manisnya iman yang ia
rasakan dalam hatinya, sampai dimana ia manghadap kepada-Nya.” [HR. Ahmad].
Sekarang bagaimana jika perintah
itu dilanggar, maka jelas akan menyebabkan fitnah bagi hati pelakunya. yaitu,
rusaknya kesucian hati itu sendiri oleh angan-angan dan keindahan semu yang
dibisikkan setan, lupa terhadap hal yang menjadi kemaslahatan. Lalu ia berbuat
melampaui batas sehingga hilanglah akal sehatnya dan menyebabkan ia menjadi
pengabdi hawa nafsu. Allah berfirman:”Janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melampaui batas.”[QS. Al-Kahfi:28].
3. Berlebihan dalam makan
Sedikit makan dapat melunakkan
hati, menajamkan otak, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah.
Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat
sebaliknya. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk berpuasa.
Ibrahim bin Adham
berkata:”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu pula
mengendalikan agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa lapar (tidak
makan berlebihan) maka ia dapat menguasai akhlak-akhlak yang baik, sebab
maksiat kepada Allah itu jauh dari orang-orang yang lapar (yang mampu syahwat
perutnya).”
4. Berlebihan dalam bergaul
Berinteraksi dengan orang lain
merupakan kebutuhan fitrah bagi manusia sebagai makhluk sosial, sehingga islam
tidak melarang hal tersebut. Namun syariah mengatur tentang batas-batas dan
adab-adabnya, seperti tidak boleh melakukan khalwat (bersepian dengan lawan
jenis tanpa mahram), tidak menggunjing (ghibah), tidak berlebihan dalam tawa
dan canda, tidak melalaikan kewajiban-kewajiban ibadah dan lain sebagainya.
KIAT MENJADIKAN HATI TETAP HIDUP
Ketahuilah, bahwa hati yang
hidup (hati yang sehat) hanya akan diperoleh dengan ilmu dan ikhtiar (usaha).
Adapun usaha tersebut yang bisa dilakukan untuk menjadikan hati tetap hidup
adalah:
1) Dzikrullah dan Tilawatil
Qur’an.
Dengan senantiasa dzikrullah
(menyebut dan mengingat Allah) bagi seorang hamba manfaatnya sangatlah besar.
Sebagaimana Dia berfirman: “Ingatlah, bahwa hanya dengan selalu mengingat
Allah, hati menjadi tentram.”[QS. Ar-Ra'du:28]. Al-Imam Syamsuddin Ibnul Qoyyim
berkata: ”Sesungguhnya dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila
hamba Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang
terhalang untuk memperoleh makanan pokoknya.”Dan Imam Hasan Al-Bashri
berkata:”Lunakkanlah hatimu itu dengan berdzikir”.
Sebaik-baik dzikir adalah
membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati
dari semua penyakit kegundahan. Allah berfirman; “Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.”[QS. Yunus:57].
2) Beristighfar
Hakikat istighfar adalah untuk
memohon maghfirah (ampunan), dan batasan maghfirah adalah penjagaan dari
keburukan yang diakibatkan dari dosa-dosa. Dan barangsiapa yang meminta ampun
kepada-Nya selama memenuhi syaratnya pasti Allah memberikan ampunan.
Firman-Nya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia meminta ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”[QS. An-Nisa’:110].
‘Aisyah berkata: “Beruntunglah
orang yang mendapat dalam buku catatan amal perbuatannya memuat istighfar yang
banyak.” Qatadah berkata:”Sesunggunhya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk
kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu adalah
dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.”
3) Do’a
Allah berfirman: “Berdo’alah
kepada-Ku niscaya Aku perkenankan bagimu. “[QS. Al-mukmin:60].
Doa termasuk salah satu sebab
yang mampu menyihatkan hati. Rasulullah , orang yang hatinya terjaga dan paling
bersih pun sentiasa berdo’a kepada Allah perihal hati. Seperti ‘Ya Allah aku
berlindung kepadaMu dari kejahatan hatiku..’ Dalam do’anya yang lain ‘Ya Allah
jadikanlah cahaya (penerang) dalam hatiku..’ atau yang sering kita dengar
‘Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hati kami dalam agamaMu.’
4) Bershalawat kepada Nabi
Muhammad
Allah bershalawat (menyebut dan
memuji di hadapan para malaikat) sepuluh kali, bagi orang bershalawat kepada
rasul-Nya (sekali). Rasulullah bersabda : ”Barang siapa yang bershalawat
untukku satu kali. Maka Allah akan bershalawat sepuluh kali lipat.”[HR.
Muslim]. Karena yang demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipat
gandakan sepuluh kalinya, dan bershalawat untuk Nabi termasuk kebaikan yang
tinggi.
5) Qiyamullail
Jika seseorang tetap melakukan
shalat malam, maka wajahnya akan bercahaya dan dia juga akan merasakan
kenikmatan beribadah dalam hatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh para Ulama
Salaf berikut ini:
Abu Sulaiman berkata: “Malam
hari bagi orang yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih nikmat daripada
permainan bagi mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa malam
aku tak suka hidup di dunia ini.”
Ibnul Mukandir: ”Bagiku
kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, qiyamullail, bersilaturahmi
dengan ikhwan dan shalat berjama’ah.”
6) Mencari ilmu syar’ie.
Karena dengan memahami ilmu
agama akan tumbuh rasa takut kepada Allah, yang mampu menjaga kita.
7) Berteman dengan orang soleh.
Karena mereka akan menarik kita
dalam amal kebajikan dan meninggalkan segala bentuk kemungkaran. Mereka akan
sentiasa mengingatkan kita kepada Allah.
8) Banyak Mengingat Mati
Mengingat mati akan
menghindarkan kita dari maksiat dan dapat memperlunak hati kita. Ziarah kubur,
Menyaksikan orang yang sekarat juga boleh menjadikan cara yang kuat untuk
melembutkan hati.
Diambil dari berbagai sumber
Semoga bermanfaat.....