Jumat, 28 Oktober 2011

Menghidupkan Hati



 Apa yang lebih panas daripada api?...HATI
 Apa yang lebih bengis daripada pemimpin yang zalim?...HATI
 Apa yang lebih hitam daripada malam?...HATI
 Apa yang lebih lemah daripada perdu?...HATI
 Apa yang lebih cepat berubah arah daripada angin?...HATI
 APA YANG LEBIH KERAS daripada BATU?...HATI

 Jangan relakan hati ini terkeruhkan limbah kedengkian, kenistaan, kemunafikan, kejahatan abadi dan penyakit hati lainnya (Penyakit syahwat dan penyakit syubhat). Oleh karena itu lawanlah segala kemauan diri yang bertentangan dengan ajaran agama islam (mujahadah), bersihkanlah dan hidupkan kembali hati tersebut.

 Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”[HR. Bukhari-Muslim].

 Hati adalah tempat segala niat, baik atau buruk. Tiada yang mengetahui isi hati seseorang kecuali si pemilik sendiri dan Allah. Hati inilah yang kelak akan dihisab oleh Sang Pemilik hati (Allah).

 Hati yang baik akan merasakan mana yang baik baginya, mana yang seharusnya dilakukan, mana yang seharusnya dijauhi. Hati yang baik akan menjaga pemiliknya dari melakukan segala yang ‘salah’. Dan begitu pula sebaliknya, hati yang kotor, akan gelap, karena terlalu banyak titik titik hitam yang mengisi, sehingga tersamarlah ia dari melihat kebaikan, sehingga malah bisa menjerumuskan pemiliknya ke lembah kesesatan.

 Allah swt berfirman: ‘Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah oleh Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yg pedih disebabkan mereka berdusta.’ (Al-Baqarah : 10) ‘Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi ………..dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yg kamu kerjakan.’ (Al-Baqarah : 74) ‘Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang kafir.’(Al-A’raf: 101) ‘Maka kecelakaan besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata.’ (Az-zumar ; 22).

 PENGELOMPOKKAN HATI MANUSIA

 1. Qalbun Shahih

 yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Hati yang murni pengabdiannya kepada Allah, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah (cinta), tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka kebenciannya itupun karena Allah.

 2. Qalbun Mayyit

 Qalbun Mayyit (hati yang mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci ataupun memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada Allah.

 Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah telah menutup hati mereka. Allah berfirman: ” Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu‘.”[QS. Al-An'am:25].

 Ayat ini menunjukkan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan. Seperti firman Allah: “(Mereka berkata:) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.”[QS. Fushilat:5].

 Allah akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman. “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.” [Al-Baqarah:17-18].

 3. Qalbun Maridl

 Qalbun Maridl (hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati.

 Sesungguhnya apa yang disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu yang meragukan). Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut.

 Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah: “Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya.“[QS. Al-Ahzab:32].

 Boleh jadi hati manusia sedang sakit , bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati, namun si empunya tidak menyadari.
 Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah yang berbunyi: “Fi Qulubihim Maradhun“[QS.Al-Baqarah:10​]. artinya: “Dalam hati mereka terdapat penyakit.” “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.

 Faktor-faktor penyebab sakitnya hati

 Penyebab timbulnya penyakit di hati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati. Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa: fitnah syahwat, dimana reaksinya amat keras sampai dapat merancukan niat dan iradat (kehendak) seseorang. Dan yang lain adalah fitnah syubhat (keragu-raguan) yang menyebabkan kacaunya persepsi dan i’tiqad (keyakinan).

 RACUN HATI
 Setiap kemaksiatan adalah racun dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Dan racun-racun hati yang paling banyak ditemukan dan reaksinya cukup keras bagi kelangsungan hidup hati ada empat macam yaitu:

 1. Berlebihan dalam berbicara

 Banyak berbicara adalah salah satu faktor yang menyebabkan hati menjadi keras, sebagaimana sabda rasulullah saw :”Janganlah memperbanyak kata (bicara) selain dzikrullah, karena banyak bicara selain dzikrullah menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari Allah adalah yang berhati keras.”[HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar].

 Kemudian juga dengan banyak berbicara terkadang membuat seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, sehingga melahirkan kerugian dan penyesalan. Umar bin Kahttab ra pernah berkata: “Barang siapa yang banyak bicaranya, maka banyak kesalahannya, sehingga nerakalah sebaik-baik tempat bagi mereka.” Hal ini ditegas juga dalam sebuah hadits , bahwa rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka lebih jauh antara timur dan barat.” [muttafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah t]

 2. Berlebihan dalam memandang sesuatu

 Allah telah memerintahkan kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menundukkan pandangannya yang demikian itu lebih suci bagi hati mereka. Dan juga mereka akan merasakan manisnya iman, sebagaimana sabda rasulullah saw : “Barangsiapa yang menahan pandangannya karena Allah, maka dia akan diberikan oleh Allah rasa manisnya iman yang ia rasakan dalam hatinya, sampai dimana ia manghadap kepada-Nya.” [HR. Ahmad].

 Sekarang bagaimana jika perintah itu dilanggar, maka jelas akan menyebabkan fitnah bagi hati pelakunya. yaitu, rusaknya kesucian hati itu sendiri oleh angan-angan dan keindahan semu yang dibisikkan setan, lupa terhadap hal yang menjadi kemaslahatan. Lalu ia berbuat melampaui batas sehingga hilanglah akal sehatnya dan menyebabkan ia menjadi pengabdi hawa nafsu. Allah berfirman:”Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.”[QS. Al-Kahfi:28].

 3. Berlebihan dalam makan

 Sedikit makan dapat melunakkan hati, menajamkan otak, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah. Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat sebaliknya. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk berpuasa.

 Ibrahim bin Adham berkata:”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu pula mengendalikan agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa lapar (tidak makan berlebihan) maka ia dapat menguasai akhlak-akhlak yang baik, sebab maksiat kepada Allah itu jauh dari orang-orang yang lapar (yang mampu syahwat perutnya).”

 4. Berlebihan dalam bergaul

 Berinteraksi dengan orang lain merupakan kebutuhan fitrah bagi manusia sebagai makhluk sosial, sehingga islam tidak melarang hal tersebut. Namun syariah mengatur tentang batas-batas dan adab-adabnya, seperti tidak boleh melakukan khalwat (bersepian dengan lawan jenis tanpa mahram), tidak menggunjing (ghibah), tidak berlebihan dalam tawa dan canda, tidak melalaikan kewajiban-kewajiban ibadah dan lain sebagainya.

 KIAT MENJADIKAN HATI TETAP HIDUP

 Ketahuilah, bahwa hati yang hidup (hati yang sehat) hanya akan diperoleh dengan ilmu dan ikhtiar (usaha). Adapun usaha tersebut yang bisa dilakukan untuk menjadikan hati tetap hidup adalah:

 1) Dzikrullah dan Tilawatil Qur’an.

 Dengan senantiasa dzikrullah (menyebut dan mengingat Allah) bagi seorang hamba manfaatnya sangatlah besar. Sebagaimana Dia berfirman: “Ingatlah, bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah, hati menjadi tentram.”[QS. Ar-Ra'du:28]. Al-Imam Syamsuddin Ibnul Qoyyim berkata: ”Sesungguhnya dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang terhalang untuk memperoleh makanan pokoknya.”Dan Imam Hasan Al-Bashri berkata:”Lunakkanlah hatimu itu dengan berdzikir”.

 Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati dari semua penyakit kegundahan. Allah berfirman; “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”[QS. Yunus:57].

 2) Beristighfar

 Hakikat istighfar adalah untuk memohon maghfirah (ampunan), dan batasan maghfirah adalah penjagaan dari keburukan yang diakibatkan dari dosa-dosa. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Nya selama memenuhi syaratnya pasti Allah memberikan ampunan. Firman-Nya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[QS. An-Nisa’:110].

 ‘Aisyah berkata: “Beruntunglah orang yang mendapat dalam buku catatan amal perbuatannya memuat istighfar yang banyak.” Qatadah berkata:”Sesunggunhya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.”

 3) Do’a

 Allah berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku perkenankan bagimu. “[QS. Al-mukmin:60].
 Doa termasuk salah satu sebab yang mampu menyihatkan hati. Rasulullah , orang yang hatinya terjaga dan paling bersih pun sentiasa berdo’a kepada Allah perihal hati. Seperti ‘Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kejahatan hatiku..’ Dalam do’anya yang lain ‘Ya Allah jadikanlah cahaya (penerang) dalam hatiku..’ atau yang sering kita dengar ‘Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hati kami dalam agamaMu.’

 4) Bershalawat kepada Nabi Muhammad

 Allah bershalawat (menyebut dan memuji di hadapan para malaikat) sepuluh kali, bagi orang bershalawat kepada rasul-Nya (sekali). Rasulullah bersabda : ”Barang siapa yang bershalawat untukku satu kali. Maka Allah akan bershalawat sepuluh kali lipat.”[HR. Muslim]. Karena yang demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipat gandakan sepuluh kalinya, dan bershalawat untuk Nabi termasuk kebaikan yang tinggi.

 5) Qiyamullail

 Jika seseorang tetap melakukan shalat malam, maka wajahnya akan bercahaya dan dia juga akan merasakan kenikmatan beribadah dalam hatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh para Ulama Salaf berikut ini:
 Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan bagi mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa malam aku tak suka hidup di dunia ini.”
 Ibnul Mukandir: ”Bagiku kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, qiyamullail, bersilaturahmi dengan ikhwan dan shalat berjama’ah.”

 6) Mencari ilmu syar’ie.

 Karena dengan memahami ilmu agama akan tumbuh rasa takut kepada Allah, yang mampu menjaga kita.

 7) Berteman dengan orang soleh.

 Karena mereka akan menarik kita dalam amal kebajikan dan meninggalkan segala bentuk kemungkaran. Mereka akan sentiasa mengingatkan kita kepada Allah.

 8) Banyak Mengingat Mati

 Mengingat mati akan menghindarkan kita dari maksiat dan dapat memperlunak hati kita. Ziarah kubur, Menyaksikan orang yang sekarat juga boleh menjadikan cara yang kuat untuk melembutkan hati.


 Diambil dari berbagai sumber

 Semoga bermanfaat.....

Bila Cemas Mendatangi Hati



Penulis : KH. Abdullah Gymnastiar


Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin .Saudaraku penyimak ManajemenQolbu yang budiman,kita janganlah pernah bermimpi dapat hidup dengan tenang dan bahagia sekiranya kita belum memiliki ilmu yang benar untuk mengarungi belantara dunia yang penuh dengan jebakan, rintangan dan ancaman berbahaya ini.

Cobalah tengok bagaimana kisah tarzan; semua hal yang mungkin dapat menyulitkan dan menyengsarakan, ternyata hal yang mudah saja bagi sang tarzan. Karena ia memiliki kunci pokok untuk mengatasi semua masalah dan kebutuhannnya tersebut, yakni ilmu. Ya tarzan tahu ilmu tentang seluk beluk hutan dan cara mengatasinya.

Tapi bandingkan dengan orang yang masuk ke hutan tanpa tahu seluk beluk hutan, tidak tahu cara menembusnya dan bagaimana menundukan binatang buas yang berkeliaran, niscaya dirinya akan dicekam perasaan tidak tentram, cemas, was-was, dan serba takut,  walaupun dia berbekal ransel penuh dengan makanan, minuman, pakaian tahan dingin, dompet penuh uang serta senjata lengkap, tetapi karena tidak berbekal ilmu maka tetap saja kecemasan mendatangi hatinya.

Jadi apa sebenarnya ilmu untuk mengatasi rasa cemas dan was-was tadi ? ilmunya hanyalah satu saudaraku, yakni ilmu dari Allah , dzat yang menciptakan dunia beserta segala isinya.Itulah Al Islam, dengan pedoman pokoknya berupa Al Quran dan As Sunnah.Semua rahasia kehidupan dunia dan akhirat dibeberkan dengan sempurna dan cermat di dalamnya, sehingga tidak ada satupun urusan, kecuali mesti ada rahasia jalan keluarnya.

Dengan demikian , kalau toh hidup ini kerapkali dicekam perasaan yang kacau balau dan menyengsarakan , maka penyebab pokoknya adalah karena kita kurang memahami ilmu dengan benar.

Dalam sebuah hadits dinyatakan , pada suatu ketika datanglah seseorang kepada Ibnu Maud r.a, sahabat Rasulullah saw, untuk meminta nasihat. Wahai Ibnu Masud, ujarnya berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang dilanda kecemasan dan kegelisahan. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tentram.Jiwaku gelisah dan pikiran pun serasa kusut, makan tak enak, tidur pun tidak nyenyak.

Mendengar hal itu , Ibnu Masud kemudian menasehatinya Kalau penyakit seperti itu yang menimpamu , maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat , yaitu ke tempat orang membaca Al Quran, kau baca Al Quran atau dengarkanlah baik-baik orang yang membacanya ; atau pergilah ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah ; atau carilah waktu dan tempat yang sunyi , kemudian berkhalwatlah untuk menyembah-Nya, misalnya di tengah malam buta , ketika orang-orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, memohon ketenangan jiwa , ketentraman pikiran dan kemurnian hati kepada-Nya.Seandainya jiwamu belum terobati dengan cara ini , maka mintalah kepada Allah agar diberi hati yang lain karena hati yang kau pakai itu bukanlah hatimu.

Setelah orang itu kembali ke rumahnya , diamalkannyalah nasihat Ibnu Masud tersebut.Dia pergi mengambil air wudhu. Setelah itu , diambilnya Al Quran, kemudian dibacanya dengan hati yang khusyuk. Selesai membaca Al Quran , ternyata jiwanya berubah menjadi sejuk dan tentram, pikirannya pun menjadi tenang, sedangkan kegelisahannya hilang sama sekali. Wallahu alam (mikha)[www.manajemenqolbu.com]***

Tiga Jenis Kesabaran



Penulis : KH.  Abdullah Gymnastiar


ManajemenQolbu.Com – Muhasabah Jum’at : Banyak yang berpenampilan indah tetapi terhina, sebab dia tidak punya kesabaran, banyak orang yang akhirnya rugi padahal dia punya modal apa sebabnya karena dia tidak punya kesabaran.Banyak orang yang tergelincir ketika dilanda asmara dan tidak sabar, akibatnya rugi.Alangkah indahnya orang-orang yang diberi kesabaran .

Innalloha ma’ashoobiriin " Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar (QS. 2; 153) " Sabar itu pahalanya bighoiri hisab , tiada terputus ,maka sungguh aneh jikalau kita ingin dekat dengan Allah, ingin indah , ingin berpahala, ingin bahagia tapi tidak sabar, karena sabar itu kunci, kalau kita punya sabar maka kita akan punya pribadi yang indah, kalau kita punya sabar kita akan menjadi orang yang dekat dengan Allah , kalau kita punya sabar, kita akan mendapatkan ganjaran yang tiada terputus.

Setidaknya ada tiga jenis yang harus kita sabari dalam hidup ini , yang pertama ; Sabar ketika berkeinginan,kita ini kan hari-harinya dituntun oleh keinginan kalau tidak sabar keinginan inilah yang akan menjerumuskan kita. Jadi sabar yang pertama adalah meluruskan niat ketika kita punya keinginan .

Kita dikarunia Allah keinginan dan keinginan itulah yang menuntun sikap , kalau tidak sabar kita kehilangan niat, padahal niat adalah kunci diterimanya amal, ada orang yang cape pontang-panting , tapi tidak ada nilainya, karena apa ? karena tidak sabar meluruskan niat,..maka sebelum beramal wajib bagi kita untuk meluruskan niat , karena tanpa niat amal sia-sia.

Kadang orang tidak sibuk meluruskan niat tapi sibuk dengan perbuatannya, misalkan ingin membeli pakaian , kita harus bertanya dulu pada diri kita " perlukah saya membeli pakaian lagi, padahal dilemari masih banyak pakaian ? " "Untuk Apa ? " tapi kan ini warnanya kurang cocok ,….." kurang cocok kata siapa ? " Jujur saja apakah warnanya kurang cocok ataukah ingin lagi ? " Untuk apa memberatkan hisab, jikalau pakaian indah tapi kelakuan tidak indah tidak ada gunanya.Ketika sudah akan beli tanya lagi pada diri kita " benarkah kita beli sesuatu itu karena Allah atau karena ingin dipuji ?’ tanya, tanya ,tanya,……………!

Ingin menikah ? kita harus sabar untuk mengevaluasi dulu , kumpulkan informasi terlebih dahulu,studi kelayakan, pokoknya jika ingin sesuatu kumpulkan data terlebih dahulu ,. Sudah layakkah kita menikah ? jangan tergesa-gesa, renungkan dalam-dalam, kumpulkan informasi yang lengkap, bertanya kepada yang ahli , sebab kalau sudah ingin itu biasanya nafsu , kalau nafsu itu membutakan kebenaran. Kita harus sabar untuk bertanya, "benarkah niat saya ini ? benarkah tujuan saya ini ? ,mintalah petunjuk kepada Allah dengan shalat istikhoroh .

Lalu yang harus kita miliki kesabaran adalah Sabar Berproses , nah kita biasanya tidak sanggup untuk berproses , yang harus kita nikmati itu bukan hasil tetapi proses , karena yang jadi pahala itu proses , seperti membuat kue serabi misalnya ; beras ditumbuk, lalu diayak, lalu marut kelapa, lalu diperas, lalu diolah, kemudian menyiapkan oncom untuk isinya ,oncom digoreng, buat sambal oncom, belum lagi badan mengeluarkan keringat, tangan terparut,lalu harus menyiapkan pembakaran , kemudian setelah menjadi serabi ?, hanya sekejap saja makan dan menikmatinya,……begitu tidak sebanding dengan proses pembuatannya.Makanya rugi, kalau amal hanya ujungnya saja , karena bagi kita proseslah yang menjadi amal.

Membangun Daarut Tauhiid ini pontang panting , mengumpulkan dana, membebaskan setiap jengkal tanah,cari sana sini, lalu ujung-ujungnya setelah selesai ,Aa meninggal, yah…….tidak apa-apa , karena yang kita nikmati itu adalah prosesnya, sedangkan hasilnya ada di sisi Allah.jadi kita harus sabar dalam proses, jangan grasak grusuk ingin segera ada hasilnya, harus seperti pohon, ….siap disirami, siap kena sinar matahari, siap kena angin, tumbuh, kokoh, dan akhirnya berbuah.Makanya kita butuh kesabaran dalam menempuh hidup ini, jangan ingin instant, saudara misalnya ingin kuliah selesai dalam dua tahun untuk mendapatkan gelar Insinyur,apalah artinya gelar insinyur jika pribadi kita tidak mengimbangi dengan keindahan, jadi kita harus sabar dalam belajar, sabar dalam berlatih, sabar dalam berumah tangga, sabar dalam berdagang, jangan licik dengan mengurangi timbangan, karena mau apa ………? rejeki itu sudah ada pada Allah, karena yang penting itu dagang kita jadi barokah.Jadi semuanya itu membutuhkan kesabaran.

Kesabaran yang ketiga adalah Sabar ketika hasil , hasil itu ada dua jenis, yaitu gagal dan sukses dan kedua-duanya butuh kesabaran.Sudah niat ingin kerja , sudah ikhtiar melamar kerja kesana kesini, daftar kesana kemari,harus sabar jika kita belum diterima, setiap langkah kita Insya Allah ada pahalanya , mungkin belum ada rejekinya disana, kita tidak usah sibuk mengeluh.Lalu rejekinya dimana ? mungkin memang rejeki kita bukan jadi seorang pekerja tetapi menjadi seorang pengusaha yang menjadi direktur utama, merangkap direktur inti dan karyawan tunggal.

Ikhwan sudah melamar lalu ditolak, gagal ? tidak ……..justru keberhasilannya adalah ditolak , berarti dia punya pengalaman ditolak , misalkan sudah pernah ditolak tiga kali, berarti dia sudah memiliki pengalaman menghadapi tiga jenis calon mertua. Harus sabar menghadapinya karena mungkin belum menjadi jodohnya.Dengan melamar niat menjadi amal, berangkatnya menjadi amal, berbicara baik-baik dengan calon mertua menjadi amal, lalu hasilnya ditolak, jika kita sabar jadi amal juga.harus sabar karena kegagalan itu bukan kegagalan versi kita , tetapi kegagalan itu adalah ketika kita tidak sabar menghadapi yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Jadi kalau gagal , jangan sampai jadi gagal betulan, gagal betulan itu adalah salah menyikapi kegagalan,karena kegagalan yang sebenarnya itu adalah jika kita tidak pernah mencoba. Gagal itu biasa , kenapa ? karena tidak selamanya yang kita inginkan itu cocok dengan Allah. Kita punya rencana, Allah punya rencana yang akan terjadi adalah rencana Allah , kenapa Allah menakdirkan sesuatu lalu kita anggap gagal ? padahal itu yang terbaik .

Tidak heran sesorang dibimbing Allah dengan sakit, sesorang dibimbing Allah dengan ditolak, seseorang dibimbing Allah lewat dihina, bisa jadi sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Makanya harus sabar menghadapi sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan kita.

Misalkan bisnis rugi, harus sabar karena yang membagikan rejeki hanyalah Allah.Tapi gara-gara rugi kita jadi dililit hutang, berapa sih hutangnya ? bandingkan dengan kekayaan Allah , kita menjadi susah karena kita membandingkannya dengan kemampuan diri kita.Kalau kita mati-matian evaluasi diri, kita mati-matian mendekat kepada Allah , sangat mustahil Allah tidak akan menolong hamba-Nya.

Wamayyattaqillaha yaj’allahu makhrojaa (QS 65 ; 2) " Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar"

Sabar itu posnya bermacam-macam, ada yang sabar ketika menahan amarah tetapi tidak sabar ketika shalat,yang baik itu yang disebut Ó kesabaran , amarah…… sabar, menahan nafsu…… sabar, menahan keinginan …..sabar,beribadah…….sabar. Apalagi yang harus sabar ?, ini yang paling bahaya adalah harus sabar ketika sukses,sabar ketika diberi kelapangan, sabar ketika dipuji, sabar ketika diberi kecukupan, kekayaan, kekuasaan, ini jauh lebih berat, lebih banyak orang yang selamat diuji dengan kesusahan dibandingkan orang yang selamat diuji dengan kemudahan.

Jadi yang sukses itu yang seperti apa ? yang disebut sukses itu adalah yang menyikapi segala kelebihannya dengan kesabaran di jalan Allah. Jadi sabar itu adlah kegigihan yang berada di jalan Allah SWT .

Wallahu’alam. (mikha)[manajemenqolbu.com]***

Hijab Antara Manusia Dengan Allah



Penulis : KH. Abdullah Gymnastiar


Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, Allahuma shalli ‘ala Muhammad wa’alaaalihi washahbihii ajmaiin, amma ba’du, *)“Tidak ada hijab apapun antara engkau dengan Allah Ta’ala, akan tetapi yang menjadi hijabnya antara dugaanmu ada lagi sesuatu yang lain di samping Allah.”

Segala sesuatu pada hakikatnya tidak ada. Yang wajib ada hanyalah Allah Ta’ala. Hal selain itu tergantung kepada belas kasih Allah, hendak diadakan atau tidak, hendak diciptakan atau tidak.

Seorang ahli berkata “ makhluk tidak dapat menjadi penghalang dan tidak dapat menjadi perantara. Makhluk hanyalah suatu bayangan, seperti bayangan pohon di dalam air.

Bayangan pohon itu tidak dapat menjadi penghalang bagi perjalanan perahu. Oleh karena tidak ada penghalang antara abid dengan ma’bud.Hanya hamba sendiri yang merasa adanya penghalang tersebut dari bayangannya sendiri.

*): dari Mutu Manikam Kitab Al Hikam Syekh Ahmad Atailah

Saudaraku, apapun yang ada itu mutlak hanyalah makhluk Allah SWT, makhluk sesuka Allah , Dia yang Menciptakan , Dia Yang Membentuk , Dia Yang Memberi, Dia Yang Akan Mematikan, tidak ada satupun perbuatan makhluk atau manusia yang bisa menghalangi kehendak Allah SWT, Allahu Akbar.

Terjadinya persoalan dalam hidup kita adalah kalau kita membesar-besarkan makhluk dan
mengecilkan Allah.Ketika atasan dianggap sebagai pemberi rejeki maka terjadilah bawahan menjilat atasan, ketika pembeli dianggap sebagai pemberi rejeki akhirnya justru pedagang ditipu pembeli,ketika suami dianggap sebagai jalan kebahagiaan akibatnya bergantung kepada suami.

Makin banyak kita bergantung kepada selain Allah , makin tidak tenang hidup ini, makin resah dan makin turun kualitas akhlaq kita , karena posisi yang sebenarnya adalah Allah Pencipta Alam Semesta menciptakan manusia untuk mengabdi kepada Allah menciptakan dunia berikut isinya , Allah menciptakan semua, melayani kita supaya kita menghamba kepada Allah SWT.

Banyak orang yang jadi hina dan sengsara karena posisi dia menjadi pelayan budak dia , Allah menciptakan uang supaya kita dapat dekat dengan Allah lewat uang yang dititipkan ,agar bisa bersadaqah, zakat dan menolong orang sehingga derajat dia akan meningkat di sisi Allah.

Tapi banyak orang yang dirinya menjadi hamba uang , demi mencari uang dia sanggup berbuat licik, demi mencari uang dia mencuri, demi mendapatkan uang dia korupsi , padahal jauh sebelum kita dilahirkan rejeki kita sudah diciptakan oleh Allah SWT, Subhanallah, empat bulan di perut ibu sudah beres pembagian rejeki kita “ kita tidak disuruh mencari uang tapi “Waabtaghuu Min Fadlillaah “(QS. 62 ; 10) “Mencari karunia Allah” , rejeki yang barokah”

Jadi orang tidak akan tenang dalam hidup , sebelum dia yakin makhluk itu hanya alat dari Allah untuk sampainya nikmat atau sampainya musibah,tidak ada satupun pembeli yang bisa menyampaikan rejeki kepada kita tanpa izin Allah , maka seorang pedagang yang ahli ma’rifat tidak ada selera untuk mengikat pembeli , yang dia selera adalah dia melakukan yang terbaik bagi pembeli , jadi atau tidak rejekinya sampai kepada dia, yang terpenting dengan berjualan dapat menjadi amal .

Kalau kita yakin Allah akan mencukupi maka pasti cukup,karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya, inilah sebenarnya yang berharga . Banyak orang yang tidak pernah mau berlatih , puas hanya dengan jaminan dari Allah , selebihnya kecewa.

Kalau kita ingin dicukupi hidupnya oleh Allah , pantangannya hanya satu “ Pantang berharap
kepada makhluk !” karena Allah Maha Pencemburu , Allah Yang Membagikan rejeki tidak suka makhluknya bergantung kepada makhluk, kalau hamba bergantung hanya kepada Allah “Wamayyatawakkal ‘allallah fahuwa hasbuh” Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).(QS. Ath Thalaq ; 2-3)

Rejeki tidak selalu identik dengan makanan, uang , pujian tetapi kesabaran juga rejeki. Subhanalloh. Jadi orang yang banyak rejeki jangan dihitung dari orang yang banyak tabungannya, karena tabungan itu dilihat tidak dipegang tidak, rejeki itu adalah bagaimana Allah membimbing kita supaya kita dekat dengan Allah , adakalanya dalam bentuk hutang gara-gara hutang tiap malam menjadi tahajud, adakalanya dalam bentuk disakiti oleh suami, jadi tolong selalu yakini rejeki yang terbesar adalah ketika hijab diangkat menjadi yakin kepada Allah, itulah yang membuat kita terjamin dalam hidup ini.

*)Syekh Ataillah mengingatkan : Andaikata Allah tidak menampakan kekuasaan pada benda-benda alam, tidak mungkin adanya penglihatan pada-Nya. Andaikata Allah Ta’ala menampakan sifat-sifat-Nya, pasti benda-benda itu akan musnah”

Andaikata Allah Ta’ala menampakan diri-Nya pada makhluk di alam semesta ini , maka Allah akan mudah terlihat.. Akan tetapi Allah tidak akan menyatakan dirinya dalam bentuk benda , sebab benda-benda itu adalah ciptaan Allah sendiri. Pencipta lebih mulia dari hasil ciptaan-Nya. Oleh karena itu sang Pencipta menunjukan dirinya dalam bentuk ciptaan-ciptaan-Nya sendiri.Sebab, kalau demikian, tidak ada bedanya antara Maha Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan benda-benda ciptaan itu akan hancur berantakan apabila wujud Allah sama dengan benda-benda. *)

*): dari Mutu Manikam Kitab Al Hikam Syekh Ahmad Atailah

Allah itu menciptakan kita , dan kita tidak dapat melihat Allah yang sebenarnya, karena yang kita tahu hanyalah makhluk dan makhluk itu lemah , mata kita tidak bisa melihat Allah karena mata ini sangat lemah , melihat jauh saja tidak sanggup , sangat dekat pun tidak kelihatan. Kita bahkan tidak tahu alis kita yang sebenarnya , bulu mata, hidung, yang terdekat dengan mata saja tidak pernah terlihat, pendengaran kita juga lemah, kita tidak bisa mendengar semuanya, frekuensi yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dari kemampuan pendengaran kita,suhu untuk tubuh kita juga terbatas andaikata diberikan suhu yang lebih tinggi ataupun lebih rendah tentu tidak akan sanggup kita menahannya.

Jadi bagaimana mungkin makhluk yang lemah bisa melihat Allah Yang Maha Sempurna,oleh karena itu Allah menciptakan qolbu dan hati inilah sebenarnya yang bisa merasakan kehadiran Allah SWT sepanjang hatinya bersih , andaikata hati kita bersih dapat kita rasakan Allah Yang Maha Menatap, Allah menggenggam langit, Allah menciptakan semuanya agar kita berpikir,Afalaa Tatafakkaruun.

“Alladziina yadzkuruunallooha qiyaamaawaqu’uudaawwa ‘alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii kholqissamaawaati wal ardhi Rabbana maa kholaqta haadzaa baathilaa subhaanaka faqinaa ‘adzaabannar”(Yaitu)orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau Menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. 3: 191)

Saudara-saudaraku , jika kita menginginkan hidup kita tenang maka kita harus serius untuk
terus berjuang membersihkan hati ini.Wallahu a’lam(mikha)[manajemenqolbu.com]***

#Disampaikan Dalam Kajian Hikam di Masjid DT 19 September 2002.

Empat Rahasia Ahli Syukur




 Penulis : KH Abdullah Gymnastiar




Semoga Allah Yang Maha Menatap, Maha Gagah, Maha Menguasai segala-galanya mengaruniakan kepada kita hati yang bersih sehingga bisa menangkap hikmah di balik kejadian apapun yang kita rasa dan kita saksikan, karena penderitaan dalam hidup bukan karena kejadian yang menimpa tapi karena kita tertutup dari hikmah.


Allah menakdirkan apapun Maha Cermat, tidak pernah mendzolimi makhluk-makhluk-Nya. Kita sengsara adalah karena kita yang mendzolimi diri sendiri.


"Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat Allah, sesungguhnya ia telah membuka jalan hilangnya nikmat dari dirinya. Akan tetapi barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka sungguh ia telah memberi ikatan yang kuat pada kenikmatan Allah itu."


Firman Allah SWT: La in Syakartum la-aziidannakum (jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah rezekimu)(QS.14: 7)


Wa maa bikummin ni'matin faminallohi tsumma idzaa massakumudllurru failaihi tajaruun (Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya, dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan , maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(QS.16: 53)


Wa ammaa bini'mati rabbika fahaddits (Dan terhadap Nikmat Tuhan-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).(QS.93: 11)*


 *(diambil dari kitab Al Hikam; Syekh Ahmad Atailah)


Jadi setiap nikmat itu menjadi pembuka atau penutup pintu nikmat lainnya. Kita sering menginginkan nikmat padahal rahasia yang bisa mengundang nikmat adalah syukur atas nikmat yang ada. Jangan engkau lepaskan nikmat yang besar dengan tidak mensyukuri nikmat yang kecil.


Tidak usah risau terhadap nikmat yang belum ada, justru risaulah kalau nikmat yang ada tidak disyukuri. Allah sudah berjanji kepada kita dengan janji yang pasti ditepati, La in syakartum la-aziidannakum (jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah rezekimu)(QS.14: 7)


Maka, daripada kita sengsara oleh nikmat yang belum ada lebih baik bagaimana yang ada bisa disyukuri. Sayangnya kalau kita mendengar kata syukuran itu yang terbayang hanya makanan, padahal syukuran itu adalah bentuk amal yang dahsyat sekali pengaruhnya.


Syarat yang pertama menjadi ahli syukur adalah hati tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali yakin segalanya milik Allah SWT. Makin kita merasa memiliki sesuatu akan makin takut kehilangan, takut kehilangan adalah suatu bentuk kesengsaraan. Tapi kalau kita yakin semuanya milik Allah, maka diambil oleh Allah tidak layak kita merasa kehilangan karena kita merasa tertitipi. Makin merasa rejeki itu milik manusia kita akan merasa berharap kepada manusia dan akan makin sengsara, senikmat-nikmat dalam hidup adalah kalau kita tidak berharap kepada mahluk tetapi berharap hanya kepada Allah SWT.


Rahasia yang kedua ahli syukur adalah "orang yang selalu memuji Allah dalam segala kondisi". Karena apa? Karena kalau dibandingkan antara nikmat dengan musibah tidak akan ada apa-apanya. Musibah yang datang tidak sebanding dengan samudera nikmat yang tiada bertepi. Apa yang harus membuat kita menderita? Adalah menderita karena kita tamak kepada yang belum ada.


Ciri yang ketiga dari ahli syukur adalah manfaatkan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah. Alkisah ada tiga pengendara kuda masuk kedalam belantara, ketika dia tertidur kemudian saat terjaga dilihat kudanya telah hilang semua. Betapa kagetnya mereka dan pada saat yang sama dalam keadaan kaget, ternyata seorang raja yang bijaksana melihat hal tersebut dan mengirimkan kuda yang baru lengkap dengan perbekalan. Ketika dikirimkan reaksi ketiga pengendara yang hilang kudanya itu berbeda-beda. Si-A kaget dan berkomentar, "Wah ini hebat sekali kuda, bagus ototnya, bekalnya banyak pula!" Dia sibuk dengan kuda tanpa bertanya kuda siapakah ini.


Si-B, gembira dengan kuda yang ada dan berkomentar, "Wah ini kuda hebat," sambil berterima kasih kepada yang memberi. Sikap C beda lagi, ia berkomentar "Lho ini bukan kuda saya, ini kuda milik siapa? Yang ditanya menjawab, "Ini kuda milik raja." Si-C bertanya kembali "Kenapa raja memberikan kuda ini? Dijawab "Sebab raja mengirim kuda agar engkau mudah bertemu dengan sang raja". dia gembira bukan karena bagusnya kuda, dia gembira karena kuda dapat memudahkan dia dekat dengan sang raja.


Nah begitulah, si-A adalah manusia yang kalau mendapatkan mobil, motor, rumah, dan kedudukan sibuk dengan kendaraan itu, tanpa sadar bahwa itu adalah titipan. Orang yang paling bodoh adalah orang yang punya dunia tapi dia tidak sadar bahwa itu titipan Allah. Yang B mungkin adalah model kita yang ketika senang kita mengucap Alhamdulillah, tetapi ahli syukur yang asli adalah yang ketiga yang kalau punya sesuatu dia berpikir bahwa inilah kendaraan yang dapat menjadi pendekat kepada Allah SWT.


Ketika mempunyai uang dia mengucap Alhamdulillah, uang inilah pendekat saya kepada Allah, dia tidak berat untuk membayar zakat, dia ringan untuk bersadaqah, karena tidak akan berkurang harta dengan bersadaqah.


Maka, jika sahabat ingin banyak uang, sederhana saja rumusnya, pakailah uang yang ada untuk berjuang di jalan Allah. Jangan heran jika rejeki datang melimpah. Punya rumah ingin nikmat bukan masalah ada atau tidak ada AC, bukan masalah ukuran, tetapi rumah yang nikmat adalah rumah yang menjadi kendaraan untuk mendekat kepada Allah. Bangunlah rumah yang tidak membuat kita sombong, belilah asesoris rumah yang membuat setiap tamu yang datang menjadi dekat kepada Allah, bukan ingat kepada kekayaan kita. Pasanglah hiasan yang mebuat tamu kita ingat kepada kekuasaan Allah bukan kekuasaan kita. Itulah rumah yang Insya Allah tenang dan barokah. Tapi kalau rumah dipakai untuk pamer dan menginginkan kursi yang amat mewah, potret-potretnya yang tidak membuat ingat kepada Allah, malah ujub, riya takabur, tidak usah heran rumah itu semakin diminati pencuri, dan rumah yang diminati pencuri itu membuat strees bagi yang punya. Dia harus menyewa alarm, menggaji satpam, di depan harus ada anjing. Coba kalau rumahnya ingat kepada Allah dia tidak akan sesibuk itu.


Mohon maaf kepada saudara-saudaraku yang kaya tidak apa-apa memiliki yang bagus, tapi usahakan setiap tamu yang masuk ke rumah bukan ingat kepada kita tetapi ingat kepada kekayaan Allah. Andai kita mempunyai jabatan, lalu bagaimana cara mensyukurinya? Gunakanlah jabatan itu agar karyawan kita dekat kepada Allah.


Kesungguhan kita untuk mendidik anak lebih baik daripada punya anak tetapi tidak tahu agama, lalu bagaimana anak itu akan memuliakan ibu bapaknya? Ketika kita mati mereka hanya berebut harta warisan jangankan mensholatkan ibu bapaknya.


Maka orang yang bersyukur yang adalah orang yang mendidik anaknya supaya dekat dengan Allah. Di dunia nama orang tuanya terbawa harum karena anaknya mulia. Di kubur lapang kuburnya karena doa anaknya. Di akherat Insya Allah akan terbawa karena barokah mendidik anak.


Kunci syukur yang keempat adalah berterima kasih kepada yang telah menjadi jalan nikmat. Seorang anak disebut ahli syukur kalau dia tahu balas budi kepada ibu dan bapaknya. Dimana-mana anak sholeh itu harum namanya. Tapi anak durhaka tidak pernah ada jalan menjadi mulia sebab kenapa? Karena mereka tidak tahu balas budi. Benar orang tua kita tidak seideal yang kita harapkan, tetapi masalah kita bukan bagaimana sikap orang tua kepada kita, tetapi sikap kita kepada orang tua.


Saudara-saudaraku yang budiman negeri kita dikatakan negeri bersyukur kalau sadar bahwa negeri ini adalah titipan dari Allah, bukan milik seseorang, bukan milik pahlawan, bukan milik siapapun yang membangun negeri. Tapi negeri ini tidak ada pemiliknya selain Allah tapi kita episodenya hidup di Indonesia. Maka syukuri, jangan minder jadi orang Indonesia yang disebutkan negara koruptor, tetapi justru kita yang harus bangkit untuk tidak korupsi! Dengan minder tidak akan menyelesaikan masalah. Kita harus bangkit! Negara ini harus jadi ladang untuk mendekat kepada Allah.


Dengan ada perasaan dongkol, sakit hati, itu semuanya tidak akan menyelesaikan masalah tetapi justru akan menambah masalah. Sekarang justru kesempatan kita menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi. Daripada sibuk mempermasalahkan masalah lebih baik mari kita sedikit demi sedikit menyelesaikan masalah. Itulah namanya syukur nikmat.


Dan sahabat-sahabat, salah satu tugas kita untuk mensyukuri nikmat adalah kita harus memilih pemimpin kita yang berakhlaq baik yang bisa membimbing kita. Rakyat seluruh negeri ini menjadi orang yang baik-baik. Kita membutuhkan suri tauladan yang baik. Jangan pernah melihat orang dari topeng duniawinya tetapi lihatlah orang dari akhlaqnya karemna akhlaq adalah buah dari keimanan dan keilmuan yang diamalkan. Harta, gelar, pangkat, jabatan dan kedudukan yang tidak menjadikan kemuliaan akhlaq seseorang berarti dia telah terpedaya. Kita tidak membutuhkan topeng. Yang kita butuhkan adalah isi dan isi inilah milik orang-orang yang ahli syukur kepada Allah.


Mudah-mudahan daripada kita memikirkan yang tidak ada lebih baik mensyukuri yang ada. Wallahu a'lam Bishowab. ***

Ibadah Sebagai Pondasi




Penulis : KH. Abdullah Gymnastiar


Saudaraku yang baik, orang yang merasa sukses tanpa ibadah adalah ibarat bangunan tanpa pondasi. Bangunannya akan goyah dan akhirnya roboh, ketahuilah dengan ibadah yang baik Insya Allah akhlak menjadi lebih terjaga karena ada yang menuntun, dengan ibadah yang baik Insya Allah qolbu menjadi tentram, pikiran menjadi jernih, berprestasi lebih mudah, ide dan gagasan akan ditolong oleh Allah SWT. Dengan ibadah yang baik doa-doa kita Insya Allah akan dikabul, ketika doa dikabul semua masalah akan ada jalan keluar, kita akan menghadapi banyak masalah dalam hidup ini , tapi tidak ada masalah kalau Allah menuntun kita. Dengan ibadah yang tangguh kita akan terpelihara, Innasholaata tanhaa anilfahsyaai wal munkar (Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar (QS. Al Ankabut (29) ; 45) Kita akan terpelihara dari perbuatan dzolim terhadap orang lain, dengan shalat yang tangguh kita akan memiliki kestabilan emosi. Dengan melakukan sholat, dzikir, shodaqoh, ibadah haji dan ibadah lainnya Insya Allah akan menjadi perangkat untuk membuat pondasi kesuksesan.


Orang-orang yang jauh dari ibadah akan kehilangan orientasi dalam mengarungi hidup ini, pekerjaan yang dia lakukan hanya mencari uang tanpa didasari niat yang lurus, padahal mau dikemanakan uang, mau ditaruh di bank? apakah kita sudah pernah melihat uangnya? Mau kemana saudaraku, hidup di dunia ini hanya menumpang dan sementara, tanpa ibadah kita tidak akan mendapatkan amal-amal dari kesibukan yang kita lakukan. Tanpa ibadah kita tidak akan merasakan ketentraman dalam hidup ini, tanpa ibadah tidak ada pelindung dalam kehidupan yaitu Allah SWT.


Seseorang yang ibadahnya tangguh dialah yang akan benar-benar mengawali kesuksesannya dengan baik, hanya sekedar mimpi kalau negeri kita ingin bangkit tapi kita sebagai rakyat dan para pemmpinnya menganggap remeh ibadah, hanya sekedar mimpi jika kita menginginkan aparat yang baik kalau para pemimpinnya tidak beribadah, hanya sekedar mimpi jika kita menginginkan tentara yang baik kalau kepada Allah tidak takut, tentara yang hanya bergantung dengan peluru untuk meluluh lantakan musuhnya, ketika sekali waktu kehabisan peluru ketika menghadapi musuh dijamin akan menghadapi kesulitan. Tetapi andaikata memiliki juga doa Insya Allah dapat meluluhkan hati musuh sehingga musuhpun Insya Allah menjadi sholeh. Berapa banyak di zaman Rasullulah saw yang musuhnya terkulai hatinya, walaupun tubuhnya gagah ternyata mereka tidak kalah dengan senjata tetapi justru dengan doa sebagai senjata. Kalau para pengambil keputusan tidak dibimbing oleh Allah karena tidak menjalan ibadahnya, apa yang bisa dilakukan oleh manusia seperti kita ? bukankah Allah Yang Maha Menguasai dan Penggenggam Segala Kejadian. 


Oleh karena itu saudaraku marilah siapapun yang ingin meraih kesuksesan ,belajarlah lebih banyak lagi tentang agama agar kita tahu bagaimana cara beribadah dengan benar. Ibadah itu harus dilandasi niat yang lurus dan benar pula cara mencari ilmunya untuk kemudian mulai mempraktekan secara istiqomah, ajaklah istri dan anak untuk beribadah dengan benar. Insya Allah akan bangkit suatu saat nanti kesuksesan yang kita harapkan, karena tidak ada yang menolong kita selain Allah. Cukuplah Allah Menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung dan Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik Penolong Hanya Allah lah yang menguasai langit dan bumi, kita semua dalam genggaman Allah, sedang manusia seperti kita akhirnya akan mati, sehebat apapun kita, sekaya apapun kita, segagah apapun tetap akan mati juga,setinggi apapun kekuasaan yang kita miliki akan mati. Terlalu sombong bagi kita jika hidup tidak mengenal ibadah. Seseorang dianggap sombong dan takabur cirinya adalah ketika enggan ibadah, Ibadah harus menjadi pondasi, tanpa ibadah yang tangguh untuk meraih kesuksesan dunia akherat hanyalah mimpi. Wallahu a'lam bisshwab.

Lima Kiat Praktis Menghadapi Persoalan Hidup


Penulis: KH Abdullah Gymnastiar


Bismillahirrahmaanirrahiim,
Suatu hal yang pasti tidak akan luput dari keseharian kita adalah yang disebut masalah atau persoalan hidup, dimanapun, kapanpun, apapun dan dengan siapapun, semuanya adalah potensi masalah. Namun andaikata kita cermati dengan seksama ternyata dengan persoalan yang persis sama, sikap orangpun berbeda-beda, ada yang begitu panik, goyah, kalut, stress tapi ada pula yang menghadapinya dengan begitu mantap, tenang atau bahkan malah menikmatinya.


Berarti masalah atau persoalan yang sesungguhnya bukan terletak pada persoalannya melainkan pada sikap terhadap persoalan tersebut. Oleh karena itu siapapun yang ingin menikmati hidup ini dengan baik, benar, indah dan bahagia adalah mutlak harus terus-menerus meningkatkan ilmu dan keterampilan dirinya dalam menghadapi aneka persoalan yang pasti akan terus meningkat kuantitas dan kualitasnya seiring dengan pertambahan umur, tuntutan, harapan, kebutuhan, cita-cita dan tanggung jawab.


Kelalaian kita dalam menyadari pentingnya bersungguh-sungguh mencari ilmu tentang cara menghadapi hidup ini dan kemalasan kita dalam melatih dan mengevaluasi ketrampilan kita dalam menghadapi persoalan hidup berarti akan membuat hidup ini hanya perpindahan kesengsaraan, penderitaan, kepahitan dan tentu saja kehinaan yang bertubi-tubi. Na’udzubillah.


 1. Siap


Siap apa? Siap menghadapi yang cocok dengan yang diinginkan dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keiinginan.


Kita memang diharuskan memiliki keiinginan, cita-cita, rencana yang benar dan wajar dalam hidup ini, bahkan kita sangat dianjurkan untuk gigih berikhtiar mencapai apapun yang terbaik bagi dunia akhirat, semaksimal kemampuan yang Allah Swt berikan kepada kita.


Namun bersamaan dengan itu kitapun harus sadar-sesadarnya bahwa kita hanyalah makhluk yang memiliki sangat banyak keterbatasan untuk mengetahui segala hal yang tidak terjangkau oleh daya nalar dan kemampuan kita.


Dan pula dalam hidup ini ternyata sering sekali atau bahkan lebih sering terjadi sesuatu yang tidak terjangkau oleh kita, yang di luar dugaan dan di luar kemampuan kita untuk mencegahnya, andaikata kita selalu terbenam tindakan yang salah dalam mensikapinya maka betapa terbayangkan hari-hari akan berlalu penuh kekecewaaan, penyesalan, keluh kesah, kedongkolan, hati yang galau, sungguh rugi padahal hidup ini hanya satu kali dan kejadian yang tak didugapun pasti akan terjadi lagi.


Ketahuilah kita punya rencana, Allah Swt pun punya rencana, dan yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah Swt.


Yang lebih lucu serta menarik, yaitu kita sering marah dan kecewa dengan suatu kejadian namun setelah waktu berlalu ternyata “kejadian” tersebut begitu menguntungkan dan membawa hikmah yang sangat besar dan sangat bermanfaat, jauh lebih baik dari apa yang diharapkan sebelumnya.


Alkisah ada dua orang kakak beradik penjual tape, yang berangkat dari rumahnya di sebuah dusun pada pagi hari seusai shalat shubuh, di tengah pematang sawah tiba-tiba pikulan sang kakak berderak patah, pikulan di sebelah kiri masuk ke sawah dan yang di sebelah kanan masuk ke kolam. Betapa kaget, sedih, kesal dan merasa sangat sial, jualan belum, untung belum bahkan modalpun habis terbenam, dengan penuh kemurungan mereka kembali ke rumah. Tapi dua jam kemudian datang berita yang mengejutkan, ternyata kendaraan yang biasa ditumpangi para pedagang tape terkena musibah sehingga seluruh penumpangnya cedera bahkan diantaranya ada yang cedera berat, satu-satunya diantara kelompok pedagang yang senantiasa menggunakan angkutan tersebut yang selamat hanyala dirinya, yang tidak jadi berjualan karena pikulannya patah. Subhanalloh, dua jam sebelumnya patah pikulan dianggap kesialan besar, dua jam kemudian patah pikulan dianggap keberuntungan luar biasa.


Oleh karena itu “fa idzaa azamta fa tawaqqal alalloh” bulatkan tekad, sempurnakan ikhtiar namun hati harus tetap menyerahkan segala keputusan dan kejadian terbaik kepada Allah Swt. Dan siapkan mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu Allah Swt.


Allah Swt, berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 216, “Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu padahal bagi Allah Swt lebih baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal buruk dalam pandangan Allah Swt.”


Maka jikalau dilamar seseorang, bersiaplah untuk menikah dan bersiap pula kalau tidak jadi nikah, karena yang melamar kita belumlah tentu jodoh terbaik seperti yang senantiasa diminta oleh dirinya maupun orang tuanya. Kalau mau mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, berjuanglah sungguh-sungguh untuk diterima di tempat yang dicita-citakan, namun siapkan pula diri ini andaikata Allah Yang MahaTahu bakat, karakter dan kemampuan kita sebenarnya akan menempatkan di tempat yang lebih cocok, walaupun tidak sesuai dengan rencana sebelumnya.


Melamar kerja, lamarlah dengan penuh kesungguhan, namun hati harus siap andaikata Allah Swt, tidak mengijinkan karena Allah Swt, tahu tempat jalan rizki yang lebih berkah.


Berbisnis ria, jadilah seorang profesional yang handal, namun ingat bahwa keuntungan yang besar yang kita rindukan belumlah tentu membawa maslahat bagi dunia akhirat kita, maka bersiaplah menerima untung terbaik menurut perhitungan Allah Swt. Demikianlah dalam segala urusan apapun yang kita hadapi.


 2.Ridha


Siap menghadapi apa pun yang akan terjadi, dan bila terjadi, satu-satunya langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah hati kita agar ridha/rela akan kenyataan yang ada. Mengapa demikian? Karena walaupun dongkol, uring-uringan dan kecewa berat, tetap saja kenyataan itu sudah terjadi. Pendek kata, ridha atau tidak, kejadian itu tetap sudah terjadi. Maka, lebih baik hati kita ridha saja menerimanya.


Misalnya, kita memasak nasi, tetapi gagal dan malah menjadi bubur. Andaikata kita muntahkan kemarahan, tetap saja nasi telah menjadi bubur, dan tidak marah pun tetap bubur. Maka, daripada marah menzalimi orang lain dan memikirkan sesuatu yang membuat hati mendidih, lebih baik pikiran dan tubuh kita disibukkan pada hal yang lain, seperti mencari bawang goreng, ayam, cakweh, seledri, keripik, dan kecap supaya bubur tersebut bisa dibuat bubur ayam spesial. Dengan demikian, selain perasaan kita tidak jadi sengsara, nasi yang gagal pun tetap bisa dinikmati dengan lezat.


Kalau kita sedang jalan-jalan, tiba-tiba ada batu kecil nyasar entah dari mana dan mendarat tepat di kening kita, hati kita harus ridha, karena tidak ridha pun tetap benjol. Tentu saja, ridha atau rela terhadap suatu kejadian bukan berarti pasrah total sehingga tidak bertindak apa pun. Itu adalah pengertian yang keliru. Pasrah/ridha hanya amalan, hati kita menerima kenyataan yang ada, tetapi pikiran dan tubuh wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang diridhai Allah Swt. Kondisi hati yang tenang atau ridha ini sangat membantu proses ikhtiar menjadi positif, optimal, dan bermutu.


Orang yang stress adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental untuk menerima kenyataan yang ada. Selalu saja pikirannya tidak realistis, tidak sesuai dengan kenyataan, sibuk menyesali dan mengandai – andai sesuatu yang sudah tidak ada atau tidak mungkin terjadi. Sungguh suatu kesengsaraan yang dibuat sendiri.


Misalkan tanah warisan telah dijual tahun yang lalu dan saat ini ternyata harga tanah tersebut melonjak berlipat ganda. Orang-orang yang malang selalu saja menyesali mengapa dahulu tergesa-gesa menjual tanah. Kalau saja mau ditangguhkan, niscaya akan lebih beruntung. Biasanya, hal ini dilanjutkan dengan bertengkar saling menyalahkan sehingga semakin lengkap saja penderitaan dan kerugian karena memikirkan tanah yang nyata-nyata telah menjadi milik orang lain.


Yang berbadan pendek, sibuk menyesali diri mengapa tidak jangkung. Setiap melihat tubuhnya ia kecewa, apalagi melihat yang lebih tinggi dari dirinya. Sayangnya, penyesalan ini tidak menambah satu senti pun jua. Yang memiliki orang tua kurang mampu atau telah bercerai, atau sudah meninggal sibuk menyalahkan dan menyesali keadaan, bahkan terkadang menjadi tidak mengenal sopan santun kepada keduanya, mempersatukan, atau menghidupkannya kembali. Sungguh banyak sekali kita temukan kesalahan berpikir, yang tidak menambah apa pun selain menyengsarakan diri.


Ketahuilah, hidup ini terdiri dari berbagai episode yang tidak monoton. Ini adalah kenyataan hidup, kenanglah perjalanan hidup kita yang telah lalu dan kita harus benar-benar arif menyikapi setiap episode dengan lapang dada, kepala dingin, dan hati yang ikhlas. Jangan selimuti diri dengan keluh kesah karena semua itu tidak menyelesaikan masalah, bahkan bisa jadi memperparah masalah.


Dengan demikian, hati harus ridha menerima apa pun kenyataan yang terjadi sambil ikhtiar memperbaiki kenyataan pada jalan yang diridhai Allah swt. 




 3. Jangan Mempersulit Diri


Andaikata kita mau jujur, sesungguhnya kita ini paling hobi mengarang, mendramatisasi, dan mempersulit diri. Sebagian besar penderitaan kita adalah hasil dramatisasi perasaan dan pikiran sendiri. Selain tidak pada tempatnya, pasti ia juga membuat masalah akan menjadi lebih besar, lebih seram, lebih dahsyat, lebih pahit, lebih gawat, lebih pilu daripada kenyataan yang aslinya, Tentu pada akhirnya kita akan merasa jauh lebih nelangsa, lebih repot di dalam menghadapinya/mengatasinya.


Orang yang menghadapi masa pensiun, terkadang jauh sebelumnya sudah merasa sengsara. Terbayang di benaknya saat gaji yang kecil, yang pasti tidak akan mencukupi kebutuhannya. Padahal, saat masih bekerja pun gajinya sudah pas-pasan. Ditambah lagi kebutuhan anak-anak yang kian membengkak, anggaran rumah tangga plus listrik, air, cicilan rumah yang belum lunas dan utang yang belum terbayar. Belum lagi sakit, tak ada anggaran untuk pengobatan, sementara umur makin menua, fisik kian melemah, semakin panjang derita kita buat, semakin panik menghadapi pensiun. Tentu saja sangat boleh kita memperkirakan kenyataan yang akan terjadi, namun seharusnya terkendali dengan baik. Jangan sampai perkiraan itu membuat kita putus asa dan sengsara sebelum waktunya.


Begitu banyak orang yang sudah pensiun ternyata tidak segawat yang diperkirakan atau bahkan jauh lebih tercukupi dan berbahagia daripada sebelumnya. Apakah Allah SWT. yang Mahakaya akan menjadi kikir terhadap para pensiunan, atau terhadap kakek-kakek dan nenek-nenek? Padahal, pensiun hanyalah salah satu episode hidup yang harus dijalani, yang tidak mempengaruhi janji dan kasih sayang Allah.


Maka, di dalam menghadapi persoalan apa pun jangan hanyut tenggelam dalam pikiran yang salah. Kita harus tenang, menguasai diri seraya merenungkan janji dan jaminan pertolongan Allah Swt. Bukankah kita sudah sering melalui masa-masa yang sangat sulit dan ternyata pada akhirnya bisa lolos?


Yakinlah bahwa Allah yang Mahatahu segalanya pasti telah mengukur ujian yang menimpa kita sesuai dengan dosis yang tepat dengan keadaan dan kemampuan kita. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan, dan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan” (QS Al-Insyirah [94]:5-6). Sampai dua kali Allah Swt menegaskan janji-Nya. Tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus mendapatkan kesulitan karena dunia bukanlah neraka. Demikian juga tidak mungkin dalam hidup ini terus menerus memperoleh kelapangan dan kemudahan karena dunia bukanlah surga. Segalanya pasti akan ada akhirnya dan dipergilirkan dengan keadilan Allah Swt.


 4. Evaluasi Diri 


Ketahuilah, hidup ini bagaikan gaung di pegunungan: apa yang kita bunyikan, suara itu pulalah yang akan kembali kepada kita. Artinya, segala yang terjadi pada kita adalah buah dari apa yang kita lakukan. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula” (QS Al-ZalZalah [99]: 7-8)


Allah Swt Maha Peka terhadap apapun yang kita lakukan. Dengan keadilan-Nya tidak akan ada yang meleset, siapa pun yang berbuat, sekecil dan setersembunyi apapun kebaikan, niscaya Allah Swt, akan membalas berlipat ganda dengan aneka bentuk yang terbaik menurut-Nya. Sebaliknya, kezaliman sehalus apapun yang kita lakukan yang tampaknya seperti menzalimi orang lain, padahal sesungguhnya menzalimi diri sendiri, akan mengundang bencana balasan dari Allah Swt, yang pasti lebih getir dan gawat. Naudzubillah.


Andaikata ada batu yang menghantam kening kita, selain hati harus ridha, kita pun harus merenung, mengapa Allah menimpakan batu ini tepat ke kening kita, padahal lapangan begitu luas dan kepala ini begitu kecil? Bisa jadi semua ini adalah peringatan bahwa kita sangat sering lalai bersujud, atau sujud kita lalai dari mengingat-Nya. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, pasti segalanya ada hikmahnya.


Dompet hilang? Mengapa dari satu bus, hanya kita yang ditakdirkan hilang dompet? Jangan sibuk menyalahkan pencopet karena memang sudah jelas ia salah dan memang begitu pekerjaannya. Renungkankah: boleh jadi kita ini termasuk si kikir, si pelit, dan Allah Mahatahu jumlah zakat dan sedekah yang dikeluarkan. Tidak ada kesulitan bagi-Nya untuk mengambil apapun yang dititipkan kepada hamba-hamba-Nya.


Anak nakal, suami kurang betah di rumah dan kurang mesra, rezeki seret dan sulit, bibir sariawan terus menerus, atau apa saja kejadian yang menimpa dan dalam bentuk apapun adalah sarana yang paling tepat untuk mengevaluasi segala yang terjadi. Pasti ada hikmah tersendiri yang sangat bermanfaat, andaikata kita mau bersungguh-sungguh merenunginya dengan benar.


Jangan terjebak pada sikap yang hanya menyalahkan orang lain karena tindakan emosional seperti ini hanya sedikit sekali memberi nilai tambah bagi kepribadian kita. Bahkan, apabila tidak tepat dan berlebihan, akan menimbulkan kebencian dan masalah baru.


Ketahuilah dengan sungguh-sungguh, dengan mengubah diri, berarti pula kita mengubah orang lain. Camkan bahwa orang lain tidak hanya punya telinga, tetapi mereka pun memiliki mata, perasaan, pikiran yang dapat menilai siapa diri kita yang sebenarnya.


Jadikanlah setiap masalah sebagai sarana efektif untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri karena hal itulah yang menjadi keuntungan bagi diri dan dapat mengundang pertolongan Allah Swt.


 5. Hanya Allah-lah Satu satunya Penolong


Sesungguhnya tidak akan terjadi sesuatu kecuali dengan izin Allah Swt. Baik berupa musibah maupun nikmat. Walaupun bergabung jin dan manusia seluruhnya untuk mencelakakan kita, demi Allah tidak akan jatuh satu helai rambut pun tanpa izin-Nya. Begitu pun sebaliknya, walaupun bergabung jin dan manusia menjanjikan akan menolong atau memberi sesuatu, tidak pernah akan datang satu sen pun tanpa izin-Nya.


Mati-matian kita ikhtiar dan meminta bantuan siapapun, tanpa izin-Nya tak akan pernah terjadi yang kita harapkan. Maka, sebodoh-bodoh kita adalah orang yang paling berharap dan takut kepada selain Allah Swt. Itulah biang kesengsaraan dan biang menjauhnya pertolongan Allah Swt.


Ketahuilah, makhluk itu “La haula wala quwata illa billahil’ aliyyil ‘ azhim” tiada daya dan tiada upaya kecuali pertolongan Allah Yang MahaAgung. Asal kita hanyalah dari setetes sperma, ujungnya jadi bangkai, ke mana-mana membawa kotoran.


Allah menjanjikan dalam Surah Al-Thalaq ayat 2 dan 3, “Barang siapa yang bersungguh-sungguh mendekati Allah (bertaqwa), niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar bagi setiap urusannya, dan akan diberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal hanya kepada Allah, niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya.”


Jika kita menyadari dan meyakininya, kita memiliki bekal yang sangat kukuh untuk mengarungi hidup ini, tidak pernah gentar menghadapi persoalan apapun karena sesungguhnya yang paling mengetahui struktur masalah kita yang sebenarnya berikut segala jalan keluar terbaik hanyalah Allah Swt Yang Mahasempurna. Dia sendiri berjanji akan memberi jalan keluar dari segala masalah, sepelik dan seberat apapun karena bagi Dia tidak ada yang rumit dan pelik, semuanya serba mudah dalam genggaman kekuasaan-Nya.


Pendek kata, jangan takut menghadapi masalah, tetapi takutlah tidak mendapat pertolongan Allah dalam menghadapinya. Tanpa pertolongan-Nya, kita akan terus berkelana dalam kesusahan, dari satu persoalan ke persoalan lain, tanpa nilai tambah bagi dunia dan akhirat kita・benar-benar suatu kerugian yang nyata.


Terimalah ucapan selamat berbahagia, bagi saudara-saudaraku yang taat kepada Allah dan semakin taat lagi ketika diberi kesusahan dan kesenangan, shalatnya terjaga, akhlaknya mulia, dermawan, hati bersih, dan larut dalam amal-amal yang disukai Allah.


InsyaAllah, masalah yang ada akan menjadi jalan pendidikan dan Allah yang akan semakin mematangkan diri, mendewasakan, menambah ilmu, meluaskan pengalaman, melipatgandakan ganjaran, dan menjadikan hidup ini jauh lebih bermutu, mulia, dan terhormat di dunia akhirat.


Semoga, dengan izin Allah, uraian ini ada manfaatnya.